Trending Topik

Pembuatan Reagent Untuk Analisa Laboratorium

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

LANGKAH KERJA


Pembuatan Berbagai pH Larutan dengan Asam Asetat dan Na - Asetat 
  • pH 3; campurkan 16 bagian asam asetat 0,1 N dan 1 bagian natrium asetat 0,1 N 
  • pH 4; ambil 80 ml asam asetat 2 N, campurkan dengan 20 ml Na - asetat 2 N
  • pH 4,5; timbang 16,4 gram Na - asetat, tambahkan 8,4 ml asam asetat p.a. (kandungan ± 99%) diencerkan dengan air aquadest sampai 100 ml
  • pH 4 - 5; pencampuran asam  asetat 1 M dan natrium asetat 1 M
  • pH 6; ambil 10 gram Na - asetat tambahkan dengan 10 ml asam asetat 1 N serta encerkan dengan aquadest sampai 100 ml 
Larutan 1 N Asam Asetat  
  • Ambil 57,5 ml asam asetat p.a.
  • Larutkan dalam air aquadest hingga volume 1 liter 
Larutan 0,2 % 1,10 - Phenanthroline Monohydrate 
  • Timbang 0,2 gram phenantroline monohydrate
  • Tambahkan air aquadest sedikit, lalu tambahkan 0,1 ml HCl 10%
  • Encerkan hingga volume mencapai 100 ml 
Larutan Indikator 0,2 % Methyl  Red  
  • Timbang 0,2 gram methyl red
  • Larutkan dalam ethanol, hingga volume mencapai 100 ml 
Larutkan Indikator 0,5 % Starch / Pati  
  • Timbang 1,0 gram starch / pati
  • Masukkan dalam beaker yang telah berisi 200 ml air aquadest
  • Panaskan sambil diaduk selama ± 5 - 10 menit
  • Dinginkan 
Larutan Indikator 1 % Phenolphtalein  

  • Timbang 1 gram phenolphetalein
  • Larutkan dalam ethanol, hingga volume mencapai 100 ml 
Larutan Indikator 0,1 % Bromocresol Green (Pelarut Ethanol) 
  • Timbang 0,1 gram bromocresol green
  • Larutkan dalam ethanol, hingga volume mencapai 100 ml 
Larutan Indikator 0,1 %  Bromocresol Green (Pelarut Ethanol 20 %) 
  • Timbang 0,1 gram bromocresol green
  • Larutkan dalam ethanol 20%, hingga mencapai volume 100 ml 
Larutan Standart HCl 1 N  
  • Ambil 90 ml HCl 
  • Larutkan dalam aquadest hingga volume 1 liter 
Larutkan Standart HCl 0,5 N
  • Ambil 45 ml HCl   
  • Larutkan dalam aquadest hingga volume 1 liter 
Larutan Standart HCL 0,2 N
  • Ambil 18 ml HCl 
  • Larutkan dalam aquadest hingga volume 1 liter 
Standarisasi Larutan Standart HCl 1 N 
  • Timbang 1,6 gram Na2CO3 dan panaskan 270 – 300 oC hingga mencapai berat absolute (tanpa air). Akurasi sampai 0,0002 gram 
  • Tambahkan 10 tetes (larutan campuran 3 bagian bromocresol green 0,1 % + 1 bagian metil red 0,2 %) 
  • Titrasi dengan HCl 1 N sampai larutan hijau menjadi merah tua 
  • Panaskan sampai mendidih selama 2 menit
  • Dinginkan
  • Lanjutkan titrasi hingga larutan menjadi merah tua 
Standarisasi Larutan Standar HCl 0,5 N  
  • Timbang 0,8 gram Na2CO3 dan panaskan pada 270 – 300 oC, hingga mencapai berat absolute (tanpa air)
  • Akurasi sampai 0,0002 gram
  • Gunakan langkah 12.2 - 12.5 
Standarisasi Larutan Standar HCl 0,2 N 
  • Timbang 0,4 gram Na2CO3 panaskan pada 270 – 300 oC, hingga mencapai berat absolute (tanpa air)
  • Akurasi sampai 0,0002 gram 
  • Gunakan langkah 12.2 - 12.5
  • Kalkulasikan hasilnya dengan rumus :
Dengan :         
G    = berat kering Na2CO3  (gram)
V1  = volume larutan standart HCl yang dipakai dalam sampel test (ml)
V2  = volume larutan standart HCl yang dipakai dalam blank test (ml)
0,05299 = mg berat ekuivalen dari Na2CO3 
Pembuatan Larutan Standart H2SO4 1 N 
  • Ambil 30 ml H2SO4 Pelan - pelan masukkan aquadest 1000 ml
  • Dinginkan + goyangkan sebentar 
Pembuatan Larutan Standart H2SO4 0,5 N 
  • Ambil 15 ml H2SO4Pelan - pelan masukkan aquadest 1000 ml
  • Dinginkan + goyangkan sebentar 
Pembuatan Larutan Standart H2SO4 0,1 N 
  • Ambil 3 ml H2SO4Pelan - pelan masukkan aquadest 1000 ml
  • Dinginkan + goyangkan sebentar 
Gunakan Cara Seperti Standarisasi HCl untuk Standarisasi H2SO4 
Pembuatan Larutan Standart Sodium Thiosulfate Pentahydrat 0,1 N 
  • Timbang 26 gram sodium thiosulfate (16 gram sodium thiosulfate pentahydrat kering)
  • Larutkan dalam air aquadest 1000 ml
  • Masak secara perlahan - lahan selama 10 menit
  • Dingin
  • Diamkan selama beberapa saat 
Standarisasi Larutan Standart Sodium Thiosulfate Pentahydrat 0,1 N 
  • Timbang 0,15 gram potassium dichromate
  • Panaskan pada 120 oC hingga berat stabil
  • Akurasi pengukuran sampai 0,0002 gram
  • Letakkan dalam iodine flask dan larutkan dengan 25 ml air aquadest
  • Tambahkan 2 gram potassium iodide dan 20 ml H2SO4 4 N
  • Letakkan dalam tempat gelap selama 10 menit
  • Tambahkan 150 ml aquadest
  • Titrasi dengan sodium thiosulfate pentahydrat 0,1 N
  • Jika titrasi mendekat akhir, tambahkan 3 ml larutan indikator starch 0,5 %
  • Lanjutkan titrasi sampai larutan berubah dari hijau muda menjadi biru
  • Bersamaan lakukan juga percobaan dengan larutan blank
  • Kalkulasikan normalitas sodium thiosulfate pentahydrat sebagai berikut :
Dengan :  
G     = berat kering potassium dichromate (gram)
V1   = volume larutan standart sodium thiosulfate pentahydrat yang dipakai   dalam sampel test (ml)
V2   = volume larutan standart sodium thiosulfate pentahydrat yang dipakai dalam blank test (ml)
0,04903 = mg berat ekuivalen dari K2Cr2O7 

Pembuatan Larutan Standart Iodine 0,1 N 
  • Timbang 13 gram iodine dan 35 gram potassium iodine
  • Larutkan dalam 100 ml air aquadest, encerkan sampai volume 1000 ml
  • Goyang sebentar
  • Pindahkan dalam bejana berwarna bertutup 
Pembuatan Larutan EDTA 
  • Timbang 3,3 gram NaOH 96 % dan 13,82 gram EDTA
  • Larutkan dalam air 
  • Pindahkan ke labu ukur 1000 ml dan encerkan 
Pembuatan larutan buffer pH 10 
  • Timbang 54 gram NH4Cl
  • Tambah 350 ml NH4OH
  • Pindahkan dalam labu ukur 1000 ml dan tambahkan air samapai batas tanda 
Pembuatan Larutan Indicator EBT 
  • Timbang 1 gram EBT (Eriochrome Black)
  • Larutkan dalam 20 ml NH4OH 
  • Tambahkan dengan etanol sampai 100 ml 
Pembuatan Larutan MgCl2. BaCl2 
  • Timbang 3 gram BaCl2. 2H2O dan 2,5 gram MgCl2. 6H2O
  • Larutkan campuran tersebut dalam 100 ml air 

Analisa Kadar CaO pada Kapur

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

LANGKAH KERJA 

  1. Timbang 10 gram sampel kapur (akurasi timbangan sampai 0,0002 gram)
  2. Timbang 100 gram gula (akurasi timbangan sampai 0,0002 gram)
  3. Tambahkan air 250 ml lalu panaskan
  4. Setelah mendidih, angkat dan diamkan sampai terbentuk endapan 
  5. Ambil 15 ml larutan yang jernih
  6. Tambahkan indicator PP 3 tetes
  7. Titrasi dengan HCl 0,5 N 
  8. Kalkulasikan hasilnya
Perhitungan : 







Analisa Kadar Na2CO3 Pada Soda Ash

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

LANGKAH KERJA 

  1. Sampel dikeringkan selama 2 jam pada suhu 105 0C
  2. Timbang sampel sebanyak ± 0,2 gram
  3. Larutkan dengan 40 ml aquadest
  4. Kocok hingga sampel larut
  5. Tambahkan 3 - 4 tetes indikator methyl orange
  6. Titrasi dengan larutan standart HCl 0,2 N 
  7. Kalkulasi hasil test
Perhitungan :

Analisa Kadar SO42- Pada Mother Liquor

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

LANGKAH KERJA 

  1. Timbang 0,5 – 0,8 gram sampel solid maupun liquid
  2. Tambahkan 3 ml HCl 1:1 untuk sampel solid 1,5 ml untuk sampel liquid 
  3. Letakkan  diatas stirrer pemanas dan panaskan sampai terbentuk endapan putih 
  4. Setelah reaksi selesai (terbentuk endapan putih) dinginkan, biarkan uap keluar dan tambahkan sedikit air
  5. Tambahkan 2 ml larutan campuran MgCl2. BaCl2 dan goyang hingga merata
  6. Didihkan larutan diatas stirrer pemanas lagi sampai mendidih, lalu dinginkan
  7. Tambahkan 10 ml larutan buffer, 20 ml ethanol, dan 4 tetes EBT (5 ml 1% EBT = 0,05 gram)
  8. Goyang sampai merata
  9. Pada saat ini larutan sudah menjadi merah
  10. Titrasi dengan EDTA sampai warna berubah menjadi biru
  11. Volume pemakaian EDTA sebagai V1
  12. Ambil 2 ml larutan campuran MgCl2. BaCl2, 10 ml larutan buffer, 20 ml ethanol, EBT 0,05 gram, dengan cara yang sama menggunakan EDTA untuk titrasi
  13. Volume yang dipakai sebagai V2
  14. Kalkulasi dan hasil test
  15. Perhitungan : 

Dengan :  G    = berat sampel
                 V2  = volume EDTA yang terpakai dalam blanko
                 V1  = volume EDTA yang terpakai dalam titrasi sampel

Analisa Kadar Fe

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

LANGKAH KERJA 

  1. Timbang ± 5 gram sample (akurasi timbangan sampai 0,0001 gram)
  2. Letakkan dalam beaker glass dan larutkan dengan aquades 
  3. Pindahkan semua larutan kedalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan aquades samapai genap volumenya (tanda) dan kocok sampai rata 
  4. Ambil 5 ml larutan no.3 kemudian tambahkan 1 sendok reagent 1 (Fe-1)
  5. Kocok hingga rata
  6. Tambahkan 4 tetes reagent 2 (Fe-2)
  7. Perubahan warna yang terjadi cocokkan dengan gambar yang tersedia (a)
  8. Kalkulasi dan hasil test
  9. Perhitungan : 

Dengan :  a  = warna yang dicocokkan pada gambar
                w  = berat sample


Analisa Kadar SO2 Pada Na2S2O5

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014


LANGKAH KERJA 

Pembuatan Larutan Iodine 0,1 N
  • Timbang 36 gram kalium iodide dan larutkan dalam 100 ml aquades lalu tambahkan 3 tetes HCl pekat
  • Timbang iodine 14 gram lalu tambahkan pada larutan diatas dan encerkan dengan aquades hingga volume 1 liter 
Pembuatan Larutan Standar Natrium Tiosulfat Pentahidrat 0,1 N 
  • Timbang 26 gram natrium tiosulfat Dan 200 mg natrium karbonat dalam air yang sebelumnya telah didihkan dan didinginkan hingga 1000 ml 
Standarisasi Larutan Standar Natrium Tiosulfat Pentahidrat 0,1 N  
  • Timbang dengan teliti kalium dikromat 210 mg yang sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120oC selama 4 jam
  • Larutkan dengan 100 ml air dalam erlenmeyer tutup kaca 
  • Goyangkan hingga padatan larut, angkat tutup, tambahkan dengan cepat 3 gram KI, 2 gram NaHCO3 dan 5 ml HCl pekat 
  • Tutup labu, goyangkan hingga tercampur dan biarkan ditempat gelap selama 10 menit 
  • Bilas tutup dan dinding erlenmeyer bagian dalam dengan aquades 
  • Titrasi iodium yang dibebaskan dengan larutan natrium tiosulfat hingga warna hijau kekuningan
  • Tambahkan 3 ml larutan kanji 
  • Kalkulasikan normalitas natrium tiosulfat pentahidrat sebagai berikut :
 
Dengan :
G   : berat kering potassium dikromat (gram)
V1 : volume larutan standart natrium tiosulfat pentahidrat yang dipakai dalam sampel test,
0,04903 : mg berat ekuivalen dari K2Cr2O7  

Larutan Indicator Starch / Kanji  
  • Timbang 1 gram kanji dan 10 mg raksa (II) iodide merah dan air dingin secukupnya hingga menjadi pasta tipis 
  • Tambahkan 200 ml air mendidih dan didihkan selama 1 menit sambil terus diaduk
  • Dinginkan dan gunakan hanya bagian larutan yang jernih 
Cara Kerja  
  • Pipet 50 ml iodine 0,1 N masukkan kedalam erlenmeyer bersumbat kaca 
  • Timbang dengan teliti 200 mg  sampel lalu masukan kedalam larutan diatas 
  • Goyang hingga larut, biarkan selama 15 menit ditempat terlindung cahaya 
  • Tambahkan 1 ml HCl pekat Titrasi kelebihan iodium dengan natrium tiosulfat 0,1 N 
  • Tambahakan 3 ml larutan kanji pada saat mendekati titik akhir 
  • Ulangi prosedur diatas untuk blanko 
  • Kalkulasi dan hasil tes
  • Persentase sodium metabisulphite (dengan basis SO2) diwakili oleh nilai (x1) yang didapat dalam persamaan berikut :

Dengan :
V0  : volume larutan standar natrium tiosulfat yang dikonsumsi dalam blank test (ml)
V1  : volume larutan standart natrium tiosulfat yang dikonsumsi  dalam titrasi sampel (ml)
N   : normalitas larutan natrium tiosulfat
m   : berat sampel (gram)
0,03203 : mg berat ekuivalen dari SO2 (gram)

Kadar Na2S2O5 = kadar SO2 x 1,4838

Referensi : Prosedur standar sewaktu bekerja sebagai R&D di pabrik kimia

Macam - Macam Pengolahan Limbah Industri

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

1. Proses Mekanik / Mechanical Process

  • Sedimentation (pengendapan)
Proses ini bisasanya berlangsung di bak pengendapan yang didesain limbah memiliki waktu tinggal yang cukup untuk mengendap karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis fluida yang bisa dipisahkan dengan tipe ini adalah suspensi
  • Flotation (pengapungan)
Pemisahan jenis ini biasanya terjadi pada oli dengan air (tumpahan kapak tanker yang memuat oli di laut) dimana kedua fase tidak dapat bersatu dan membutuhkan agen tambahan untuk mengikat yang menerapkan sistem hidrofilic (suka air) dan hidrofobic (menolak air)
  • Filtration (penyaringan dengan sekat ukuran kecil)
Penyaringan partikel dalam larutan dengan menggunakan filter yang memiliki mesh kecil, sehingga yang berukuran sesuai mesh atau dibawah mesh akan lolos dari saringan sedangkan untuk yang lebih besar dari mesh akan tertahan
  • Screening (pengayakan berdasarkan perbedaan diameter partikel)
Pemisahan partikel berupa padatan berdsarkan ukuran diameter, menggunakan filter sama dengan sistem filtration namun targetnya yang berbeda yaitu cenderung ke padatan
2. Proses Fisika - Kimia / Physical and Chemical Process
  • Coagulant (penggumpalan awal dengan ukuran yang lebih kecil) 
Agen kimia pembantu proses penggumpalan pada awal pembentukan. Penambahan zat kimia ini ditujukan agar proses pengendapan membutuhkan waktu yang singkat dan membuat efisien proses operasi
  • Flocculation (penggumpalan akhir yang berukuran lebih besar)
Nama lain dari flokulan adalah koagulan aid, sehingga zat kimia ini merupakan agen pembantu kerja dari koagulan. Prinsip kerjanya adalah membentuk gumpalan (floc) menjadi lebih besar dan mengumpul sehingga dengan sendirinya akan terendapkan karena pengaruh gaya gravitasi
  • Neutralization (penetralan pH)
Limbah yang berasal dari proses buangan industri bermacam-macam sehingga bila bergabung akan menjadikan pH terlalu asam atau terlalu basa sehingga jika langsung dibuang ke lingkungan akan membuat dampak yang berbahaya. Selain itu, jika dalam pengolahan limbah melibatkan penambahan agen pengendap seperti koagulan dan flokulan maka adjustment pH sangat diperlukan dan pH adjustment yang umum dipakai adalah soda ash, NaOH, HCl, asam sulphate, kapur tohor dan masih banyak lagi lainnya
  • Detoxification (penghilangan racun)
Proses penghilangan racun bisa berupa penambahan activated carbon atau multimedia filter menggunakan batu dan pasir karena dengan agen penambah tersebut racun atau kontaminan berbahaya akan terikat dalam proses
  • Adsorption (penyerapan pada permukaan zat saja)
  • Stripping (pengikatan zat cair oleh gas)
  • Ion Exchange (pertukaran ion)
  • Membrane Process (menggunakan membran semipermeabel)
3. Proses Biologi / Biological Process
  • Activated Sludge (lumpur aktif karena ada bakteri pendegradasi)
Lumpur hasil olahan proses penambahan zat kimia sehingga masih mengandung bakteri aerob/anaerob yang berguna untuk mendegradasi limbah
  • Trickling Filter
  • Oxidation Ditch (parit oksidasi yang memanfaatkan bakteri aerob)
Parit yang didesain dengan sistem aerasi yang cukup sehingga bakteri aerob dapat hidup dan bisa digunakan untuk mendegradasi limbah
  • Fixed Bed Contactor
  • Anaerobic Proces
Proses yang tidak memanfaatkan oksigen bebas, biasanya proses dalam ruang tertutup tanpa pemberian aerasi dan bakteri yang berperan adalah tipe anaerobic bactery
  • Nitrification / Denitrification Process (pengikatan / pelepasan nitrat)
4. Proses Panas / Thermal Process
  • Drying (pengeringan)
Proses pemanasan atau penjemuran yang terus-menerus sampai limbah khususnya cair menjadi benar-benar tidak ada karena teruapkan semuanya
  • Evaporation (penguapan)
Proses penjemuran limbah atau pemberian panas sehingga komponen limbah yang memiliki titik uap yang rendah akan menguap sedangkan yang memiliki titik uap tinggi akan tetap tinggal dan akan diproses ke treatment selanjutnya
  • Reactivation (reaksi kimia)
  • Incinerator(pembakaran)
Proses pembakaran limbah padat dengan menempatkan limbah dirungan khusus yang tertutup dan sistem buangan asap yang bagus sehingga tidak mencemari lingkungan

Referensi : Catatan pribadi kuliah di teknik kimia

ARTIKEL TERKAIT : 
1. Cara Menurunkan Kadar BOD Limbah Cair 
2. Istilah Mirip tapi Tidak Sama Artinya di Teknik Kimia (1 of 2) 
3. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3L)

Teknik Pengolahan Limbah Cair B3

Diposting oleh On Thursday, July 10, 2014

Macam - Macam Pengolahan Limbah Cair B3 adalah :

  • Netralisasi 
Digunakan utk menetralisir limbah B3 yang bersifat korosif
Contoh : 
  1. Limbah asam dinetralisir dengan Ca(OH)2, NaOH atau Na2CO3
  2. Limbah alkali / basa dinetralisir dengan H2SOatau HCl
Dalam proses netralisasi dibutuhkan "Pengadukan dan Kontrol pH"
  • Presipitasi
- Digunakan utk memisahkan logam berat dari cairan
- Logam berat akan mengendap dalam bentuk garam yg tidak larut
- Tingkat pengendapan dipengaruhi "pH dan tingkat valensi logam"
Contoh : 
  1. Valensi 3 lebih mudah mengendap dibanding valensi 2
  2. Chrom valensi 3 lebih mudah mengendap dibanding valensi 6
- hidroksi logam berat biasanya tidak larut utk mengendapkannya ditambah Ca(OH)2
  • Koagulasi dan Flokulasi
- Koagulasi dengan pengadukan cepat utk menetralisir muatan dan membentuk partikel limbah yang koloid shg menjadi lebih besar dan mengendap
- Macam - macam koagulan adalah Al2(SO4)3, FeCl3, Fe2(SO4)3, PAC (Poly Aluminium Chloride)
- Flokulasi dengan pengadukan lambat dan kontrol pH
  • Oksidasi Kimia
- Digunakan utk menurunkan tingkat toksisitas limbah
- Jenis oksidator yang umum digunakan adalah :
  1. Ozon (O3)
  2. Hydrogen Peroksida (H2O2)
  3. Senyawa Cl
  4. Kalium Permanganat (KMnO4)
  5. Oksigen (O2)
  • Sedimentasi dan Klarifikasi
- Digunakan utk penyingkiran padatan tersuspensi dari cairan secara gravitasi
- Laju sedimentasi dipengaruhi ukuran padatan, bentuk padatan dan densitas
- Klarifikasi utk menghasilokan cairan yang jernih
  • Sentrifugasi dan Flotasi
- Digunakan utk mengurangi kadar air dari lumpur sebelum landfilling / dibakar
- Dapat menghilangkan air limbah lumpur dari 10 % menjadi 40 % solid
  • Sistem Aerob
Contoh :
  1. Activated Sludge
  2. Aerated Pond
  3. Trickling Filter
  4. Rotating Biological Contactor (RBC)
  • Sistem Anaerob
Dengan menggunakan mikroorganisme tanpa oksigen
  • Pengolahan Termal
- Menggunakan panas utk mendestruksi limbah B3
  • Stabilisasi / Solidifikasi
- Digunakan utk mengurangi daya larut / pergerakan dan mengurangi daya racun
- Menggunakan bahan pengikat utk membentuk struktur masif (semen, lem, clay, material termoplastik dan soluble silicate)

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2014). Teknik Pengolahan Limbah Cair B3www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi

Persyaratan dan Macam Cerobong Asap serta Simbol Kemasan Limbah B3

Diposting oleh On Tuesday, July 08, 2014

Persyaratan Cerobong Asap Industri adalah :

  • Tinggi cerobong 2x tinggi bangunan terdekat
  • Kecpatan aliran gas dari cerobong 20 m/s agar terjadi kepulan
  • Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah dilihat
  • Cerobong dilengkapi dengan alat penahan angin
  • Puncak terobong sebaiknya terbuka, bila ingin menutup sebaiknya menggunakan penutup berbentuk segitiga terbalik agar terjadi tinggi kepulan
  • Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri
  • Cerobong diberi sarana pendukung (tempat parkir, tangga besi, selubung pengaman, lantai kerja dengan pagar pengaman, katrol, stop kontak)
Sumber : Kepka bapedal 205/1996
Macam - Macam Unit Pengendali Pencemar Udara adalah :
  • Electrostatic Precipitator (EP)
Prinsip dasar : gaya elektrostatic dengan ionisasi partikel dan pemisahan
Keuntungan :
  1. Efisiensi tinggi
  2. Headloss rendah
  3. Perawatan mudah
Kerugian :
  1. Investasi tinggi
  2. Operasi tinggi
  • Scrubber
Prinsip dasar : kombinasi sentrifugasi, pemadatan dan absorbsi
Keuntungan :
  1. Penyisihan gas dan debu secara simultan
  2. Netralisasi gas - gas korosif
  • Cyclone
Prinsip dasar : gaya sentrifugal utk diameter partikel 5 - 25 µm
Keuntungan :
  1. Operasi dan pemeliharaan mudah
  2. Lahan sedikit
  3. Headloss rendah
  4. Beban pencemar tinggi
  5. Suhu tidak mempengaruhi proses
Kerugian :
  1. Efisiensi rendah
  2. Sensitif terhadap aliran gas dan beban pencemaran ( perlu multi cyclone)
  • Fabric Filter / Bag House
Prinsip dasar : pemisahan
Keuntungan :
  1. Mampu menyisihkan partikel ukuran kecil < 1 µm
  2. Efisiensi tinggi
Kerugian :
  1. Sensitif terhadap suhu
  2. Headloss tinggi
  3. Bahan filter rentan terhadap reaksi kimia
  • Adsorber
Prinsip dasar : adsorpsi fisik dan kimia
Keuntungan :
  1. Cocok untuk konsentrasi rendah
  2. Material adsorbent relatif mudah didapatkan (karbon aktif, silika, zeolit dll)
Kerugian :
  1. Sensitif terhadap parameter lingkungan (suhu dan tekanan)
  2. Biaya operasi dan investasi relatif mahal (regenerasi dan penggantian adsorbent)
  • Setting Chamber
Prinsip dasar : gaya gravitasi utk diameter partikel > 50 µm
Keuntungan : 
  1. Headloss rendah
  2. Pemeliharaan dan operasi sederhana
Kerugian :
  1. Perlu lahan luas
  2. Efisiensi rendah
  • Biofilter
Prinsip dasar : pengolahan secara fisik dan biologi (bioremediasi)
Keuntungan : 
  1. Media filter mudah didapatkan (tanah dan kompos)
  2. Baik untuk konsentrasi rendah - sedang
  3. Biaya investasi dan operasi rendah
Kerugian :
  1. Lahan luas
  2. Hanya cocok utk materi yang biodegradable
  • Flare Stack
  • Dust Collector
Persyaratan Simbol Kemasan Limbah B3 adalah :
  • Simbol yang terpasang harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemasnya
  • Ukuran minimum simbol 10 cm x 10 cm pada wadah dan untuk transportasi 25 cm x 25 cm
  • Simbol terbuat dari bahan yang tahan goresan / bahan kimia dan harus melekat kuat pada kemasan
  • Dipasang pada sisi yang mudah dilihat
  • Simbol tidak boleh terlepas / dilepas sebelum kemasan dikosongkan / dibersihkan
  • Kemasan yang sudah dikosongkan / dibersihkan dan akan digunakan lagi harus diberi label "KOSONG"
Referensi : Benefita. Handbook Pelatihan Lingkungan. Jakarta Selatan

ARTIKEL TERKAIT : 
1. 4R Waste Management
2. Pengolahan Limbah Industri (Waste Water Treatment)
3. Scope Fire Protection System & Detection System serta Keselamatan Kerja